RGu3u8BLriTwtLKTeinGPrfojNsvmeTyU6ah0e1k

#Jadilah Nasabah Bijak: Nasabah Awas Hadapi Kejahatan Siber Kian Melonjak!

Untung saja hanya Rp4.500.000 (terbilang empat juta lima ratus ribu rupiah), tidak lebih dari itu.
Eh, ralat, namanya penipuan rasanya tidak ada kata “untung” yang pantas disematkan. Apalagi si korban, sebut saja “mbak E” pada akhirnya harus menanggung kerugian setelah kejadian tersebut. Mbak E harus membayar ganti rugi kepada pihak tertentu (yang dirugikan) dari hasil menjual secuil tanah dan perhiasan yang dimilikinya dalam tempo dua hari. Padahal mbak E bukanlah sosok yang hidup sejahtera. Nasib apes sungguh dialami janda beranak dua ini karena kurang waspada akan segala bentuk iming-iming.


Untung saja hanya Rp4.500.000, adalah bentuk ungkapan syukur yang terbesit karena penipuan tidak berjalan dengan sempurna. Sehingga kerugian materiil tidak lebih besar dari itu. Karena dari awal permintaan pelaku, si korban harus melakukan transfer uang untuk menukarnya dengan nominal hadiah 8 juta rupiah. Inilah ujung dari kisah pelik yang dialami oleh mbak E yang awalnya tergiur dengan modus program “Berbagi untuk Lebaran” dari artis televisi sekaligus youtuber dengan subscriber tidak kurang dari 20 juta.


Hati ibu-ibu mana yang tidak tergiur, ditengah-tengah harga kebutuhan pokok “bawang merah-bawang putih-ayam-telur-ayam” yang silih berganti melonjak, tiba-tiba ketiban rezeki mendapat telepon dari artis yang sering ditontonnya.

Artis televisi yang berinisal BW ini memang banyak diketahui orang sering mempertotonkan kisah heroiknya dalam memberikan bantuan sosial di masyarakat melalui kanal youtube kebanggannya. Orang-orang pasti (banyak) sadar akan hal itu, karena banyak kasus sosial yang viral disosial media, netizen tak sungkan untuk “mention” akun artis yang dimaksud. Terbesit besar harapan netizen untuk mengundang sosok artis dan artis bisa membantu secara materiil.

Begitulah fenomena yang bisa diamati pada sosial media saat ini dan seringnya berlanjut menjadi sebuah konten video yang diunggah pada youtube. Terkadang dari sinilah tercipta ekspektasi suatu saat juga ketularan mendapat hadiah/kejutan dari sosok artis idola. Tanpa pengetahuan yang cukup, inilah peluang kejahatan siber. Resiko yang harus dikenali oleh pengguna sosial media dan sisi lain dari kemudahan digital yang ada saat ini. Belum lagi tren fenomensa flexing yang sedikit banyak membuat ekspektasi orang lain menjadi berlebihan dari sosial media.


Kejahatan siber adalah segala bentuk kecurangan yang terjadi pada dunia maya baik individu maupun kelompok. Semua bentuk tindak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer, jaringan internet dan juga perangkat-perangkat digital yang mendukung. Kejahatan siber begitu marak karena di dukung perkembangan teknologi yang begitu masif. 

Kejahatan siber begitu beragam macamnya. Mudah sekali terjerembab didalamnya karena ini menjaadi salah satu resiko ketika menggunakan sosial media dan platform komunikasi. Hoax–Cyber bullyng– malware – hingga Social Engineering yang sedang viral dalam kasus-kasusnya belakangan ini.

Pelaku melakukan kejahatan siber memiliki beragam motif, mulai dari kepuasaan diri, kejahilan, hingga menimbulkan kerugian secara ekonomi dan politik. Pelaku kejahatan siber tidak perlu melakukan pendekatan fisik dengan korban sehingga rawan sekali di lakukan oleh siapa saja, menimpa siapa saja. Salah satunya mbak E yang saya ceritakan kali ini


Ringkas cerita, kisah penipuan yang dialami mbak E dengan total Rp4.500.000 ini merupakan akumulasi dari beberapa kali transfer. Dimana pelaku penipuan mengaku sebagai pihak utusan BW yang perlahan memberi panduan “seolah-olah” cara pencairan/klaim hadiah yang akan diberikan. Si penipu memastikan korban dengan segera menyelesaikan langkah demi langkah instruksi yang diberikan melalui WA. Pepet terus dan memberi inisiatif segala macam acara agar transaksi segera diselesaikan. Alternatif pembayaran inilah-itulah jika terdapat kendala di sisi korban.
Pelaku berusaha menguras isi saldo rekening dengan bertanya sisa saldo kepada korban. Meminta mengirim bukti dalam bentuk foto struk transaksi sebagai teknik untuk meyakinkan korban.

Pelaku memastikan korban benar-benar memahami langkah demi langkah transaksi. Jika korban mengalami kendala atau kesulitan, pelaku akan memberikan alternatif beragam hingga transaksi berhasil.

Seolah dikejar waktu sebelum korban sadar atau disadarkan orang sekitar. Pelaku memberi keyakinan kembali uang hadiah akan dikirim langsung setelah transkasi selesai dilakukan.

Dalam hal waktu, pelaku akan mendesak korban melakukan transaksi dengan alasan ini-itu. Lagi-lagi penipu selalu memiliki cara untuk meyakinkan korban agar segera menyelesaikan transaksi. 


Begitu cerdas dan taktik memainkan skenario jika dilihat dari percakapan diatas bukan? Penipuan ini berawal dari sebauh akun Giveaway tiktok yang seoalah-olah meyakinkan bahwa tersebut adalah program benar-benar dari artis kemudian berujung kegiatan transfer uang. Bahkan mirisnya, dalam keadaan terdesak penipu masih mengancam akan mem-viral-kan video vulgar mbak E. 

Entahlah, terasa sangat panjang kronologi kasus ini jika diusut secara penuh. Mengingat saya juga masih terheran-heran kenapa video vulgar tersebut (jika) benar-benar ada bukan karena rekayasa/editan. Karena kecerobohan, jejak digital sungguhlah kejam. Apa yang kita unggah dan lakukan pada sosial media dan internet adalah jejak digital, bisa menguntungkan bisa juga merugikan.
Bijaklah dalam menggunakan media sosial. Kedepankan etika bersosial media: pergunakan bahasa yang baik, hindari penyebaran SARA, pornografi dan aksi kekerasan, kroscek kebenaran berita, menghargai hasil karya orang lain, jangan terlalu mengumbar informasi Pribadi. Sepakat?
Kita adalah gambaran manusia yang terlihat sampulnya di media sosial. Untuk itu setidaknya kita harus dikenal memiliki sampul yang baik dimata pengguna media sosial lain. Dalam artian menggunakan media sosial sebaik mungkin agar memiliki citra yang baik, jujur, apa adanya. Etiket dalam menggunakan media sosial harus diterapkan. Mungkin orang lain tidak semua mengetahui identitas asli kita, namun alangkah baiknya bila kita tetap menjaga sopan santun dan tata krama yang selama ini menjadi nilai-nilai kebanggaan bangsa Indonesia. 

Jejak digital yang di internet akan berpotensi dicari, dilihat, disalin, diikuti, hingga dicuri oleh orang lain. Oleh karenanya jejak digital negatif dapat merugikan diri sendiri, sebaliknya jejak digital positif akan berdampak baik bagi penggunanya.


Mengelola jejak digital dengan baik berarti menciptakan citra yang baik diri sendiri dimata orang lain. Dan mungkin tanpa kalian sadari, semua aktivitas yang kalian lakukan di dunia maya, otomatis tercatat secara digital. Pada banyak kasus yang terjadi saat ini, media sosial adalah cara melacak citra seseorang. Misalnya saja yang perlu banyak orang ketahui bahwa jejak digital bisa juga menjadi pertimbangan rekruiter menyeleksi calon pegawai perusahaan loh. 

Untuk itu adanya media sosial harus bisa dimanfaatkan untuk mem-branding diri secara positif. Contohnya jika teman-teman adalah orang yang berkecimpung di dunia kreatif, posting konten-konten positif dan karya kreatif yang menjual menjadi nilai plus untuk menemukan klien atau peluang untuk di lirik banyak orang. Tidak hanya klien nasional namun juga internasional.


Ibu Atik Sugiwara salah satunya. Ibu rumah tangga yang membaca peluang bisnis desain digital. Bahkan begitu inspiratif bagi banyak orang karena mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah yang fantastis dari proses kreatifnya ini. Semakin salut jika mengetahui bahwa ia sebenarnya tidak memiliki latar belakang dalam desain. Berkat ketekunannya dan pemanfaatan teknologi digital, Atik dapat dengan mudah mendapatkan klien dari berbagai negara, antara lain Australia, Amerika, Jerman, Italia dan negara lainnya. Sungguh jejak digital positif ia tebarkan.

Kejahatan Siber atau Cyber Crime dari tahun ke tahun semakin meningkat di Indonesia. Ditandai meningkat tajam di masa pandemi yang terjadi lebih dua tahun terakhir. Situasi pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian masyarakat terpaksa harus kehilangan banyak hal dari segala aspek kehidupan. Sedikit atau banyak semua umumnya terdampak. Salah satunya adalah kehilangan pekerjaan yang tidak dipungkiri menjadikan angka kriminalitas meningkat.

Sejak itu kebiasaan-kebiasaan baru melakukan aktivitas secara daring dimulai. Semua serba digital dan dapat dilakukan dari rumah saja. Bagaimana dengan kriminalitas? Ya, sama halnya. Kejahatan dan kriminalitas kini meluas tidak hanya dilakukan secara fisik namun juga non fisik, Cybercrime (kejahatan siber). Dengan modus-modus yang beragam, cybercrime semakin banyak mencetak korban. Dimana peningkatan serangan siber pada masa pandemi (2 tahun terakhir) begitu dahsyat.


Sumber data diatas berdasarkan laporan riset tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). BSSN Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat jumlah serangan siber setiap tahun dalam 4 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan. Puncaknya disepanjang tahun 2021, terdapat sekitar 1,6 miliar serangan siber terjadi. Bahkan, menurut data ASEAN Cyberthreat 2021 yang dirilis Interpol, Indonesia rupanya menempati urutan pertama di antara negara-negara ASEAN perihal serangan malware. Sangat mengkhawatirkan bukan?

Lalu bagaimana dengan angka serangan siber di tahun terkini (2022)? Jika sebelumnya dengan trend adanya kenaikan angka serangan siber dari tahun ke tahun, apakah di tahun 2022 ini juga? Secara keseluruhan jumlah perlu menunggu laporan tahunan (2022) yang nantinya dikeluarkan oleh BSSN. Namun mengintip laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada semester pertama di tahun 2022 ini cukup memberi data sementara bahwa terjadi lebih dari 700 juta serangan siber (714.170.967). Serangan siber tersebut rupanya didominasi ransomware atau malware dengan modus meminta tebusan. Begitulah gambaran serangan siber yang mengancam. 

Kejahatan siber yang terjadi atau dialami orang-orang sekitar kita masih marak adalah nyata adanya. Beragam penipuan online yang bisa merugikan jutaan, ratusan juta, hingga nominal yang lebih tinggi. Kejahatan atau penipuan berkedok hadiah, penipuan berkedok krisis keluarga, pinjaman online ilegal, pengiriman link tautan berbahaya ataupun modus-modus terbaru lainnya patut diwaspadai karena masih saja sering dialami oleh orang sekitar.

Kedok penipuan pemberian hadiah uang tunai ratusan juta rupiah atau barang mahal, penawaran pinjaman online illegal hingga ratusan juta, penipuan berkedok anggota keluarga mengalami kecelakan atau tersandung kasus narkoba dan obat-obat terlarang mungkin saja sudah menjadi modus lama kejahatan siber yang cukup dikenali. Apakah selain modus-modus penipuan yang sudah disebutkan anda menemukan atau mengidentifikasi modus-modus baru lainnya?


Menurut riset nasional yang dilakukan oleh akademisi UGM (Universitas Gadjah Mada) terhadap 1.700 responden di 34 provinsi di Indonesia menemukan 66,6% responden (1.123 orang) pernah menjadi korban penipuan online. Persentase terbanyak yaitu penipuan berkedok hadiah. (91,8%). 
Riset yang dilakukan pada awal 2022 dan melibatkan tiga institusi yang terlibat pada penelitian ini diantaranya Departmenen Ilmu Komunikasi UGM, Center for Digital Society UGM, serta PR2Media ini tentu sebuah potret yang sebenarnya sering kita jumpai atau alami oleh orang sekitar kita. Bahwa dari sumber daya manusia, warga Indonesia masih saja rentan menjadi korban penipuan digital (rentan sistem perlindungan data pribadi).
Berkaitan dengan rentannya sistem perlindungan data pribadi sejalan dengan merebaknya kasus Social Engineering dalam dunia perbankan. Begitu riskan terjadi saat ini meskipun bisa dibilang sudah cukup (bosan) mendengarnya. Bagaimana dengan Social Engineering? Sudahkan anda mengetahui tentang kejahatan siber berupa Social Engineering ini?

Social engineering (rekayasa sosial) atau “soceng” mudah diartikan sebagai begal rekening. Banyak kasus, sejumlah nasabah melaporkan kehilangan isi tabungan dalam jumlah besar akibat keteledoran sendiri, keteledoran yang tidak disadari. Pasalnya Social Engineering merupakan tindak kejahatan yang memanipulasi psikologi korban untuk membocorkan data pribadi dan data perbankan.

video: www.sugatangguh.com

Soceng tidak hanya terjadi dalam dunia perbankan, sangat luas, pelaku soceng bisa saja menyamar sebagai pihak resmi dari suatu e-commerce, maupun jasa keuangan selain bank. Oleh karenanya modus begal rekening ini juga harus digalakkan agar semua orang menjadi awas. Selama ini, beberapa kasus sosial engineering yang dialami oleh nasabah perbankan antara lain dilatarbelakangi oleh modus-modus sebagai berikut. Jenis-jenis social engineering hingga bisa menguras isi rekening beragam. Baiting, Phising, Pretetexting, Scareware, Spear Phising.


Ini yang beberapa waktu lalu membuat geger. Jika anda nasabah BRI mungkin mengalami atau mendengar orang sekitar mendapat broadcast kenaikan tarif transaksi sebesar Rp.150.000? Ya inilah salah satu bentuk modus penipuan Social Engineering. Sebagai #NasabahBijak BRI kita harus update informasi penting seperti ini. Langkah selanjutnya, turut menyebarkan info positif ini agar orang lain khususnya orang-orang terdekat terhindar dari modus-modus penipuan yang serupa. 

Sebagai nasabah  BRI  berhati-hatilah juga dalam menyampaikan keluhan terkait jasa dan layanan perbankan melalui kontak sosial media, karena banyak sekali akun palsu yang seolah-olah cepat tanggap atas keluahan anda di sosial media. Kontak sosial media Bank BRI centang biru ya! Selain kontak diatas, sudah bisa dipastikan berujung penipuan ya #NasabahBijak.


Berhati-hatilah dalam memberikan informasi terutama kepada sumber yang tidak dikenal. Oh iya, menjadi perhatian besar  Nasabah Bijak  juga untuk menghindari akun media sosial/kontak rekan dan keluarga yang terindikasi dihack/disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. jangan serta merta memberikan data penting atau langsung mengiyakan perintahnya. Pastikan dia benar-benar pemilik akun media sosial/kontak yang anda kenal sedang mengoperasikannya. Jika ragu, cari tau sebenar-benarnya orang yang mengetik/mengirim pesan tersebut. Jika perlu pastikan melalui video call sebagai saran terbaik. Ini menjadi pengalaman bagi saya sendiri. 

Perkembangan digital memang memudahkan karena bisa memperluas jaringan, tetapi jangan sampai nih, muncul masalah baru berupa kejahatan siber yang disebut "Catfishing". Modus penipuan dengan identitas palsu yang berujung merugikan materiil maupun non materiil. Hati-hati mencari kenalan atau teman (apalagi) di sosial media ya!


Perlu diketahui bahwa petugas bank sekalipun tidak pernah meminta atau menanyakan password, PIN atau data pribadi. Coba perhatikan, saat mengisi pin melalui mesin EDC didepan Customer Service Bank, pegawai bank tidak melihat atau kita diingatkan untuk menutup dengan tangan dan menjaga kerahasian PIN yang kita punya. Begitupun dari pihak bank, soal keamanan mereka selalu memastikan kita harus benar-benar pemilik rekening tersebut dengan dibuktikan kartu identitas jika ingin melakukan permohonan layanan perbankan tertentu.

 Nasabah Bijak  jangan mau menerima bantuan dari orang asing siapapun saat bertransaksi di Bank atau ATM. Apabila ada kendala atau pertanyaan bisa langsung menghubungi pegawai bank di dalam ruangan ataupun satpam sebagai garda terdepan bank yang bertugas.


Untuk nasabah lanjut usia, baik itu orangtua atau keluarga baiknya dilakukan pendampingan saat melakukan transaksi melalui ATM. Jika anda salah satu nasabah yang merasa kurang memahami untuk melakukan transaksi tertentu atau anda adalah nasabah berusia lanjut usia dan terpaksa harus melakukan transaksi di ATM sendiri (karena tidak ada sanak keluarga yang mendampingi). Jangan ragu untuk minta pendampingan satpam yang bertugas.  Nasabah Bijak  bisa minta bantuan penjelasan dari security atau satpam setempat, bukan orang yang tidak di kenal di sekitar lokasi.

Sebagai tenaga keamanan tentu satpam dengan senang hati membantu anda sebagai nasabah, namun tetap dengan SOP perusahaan perbankan yang mengutamakan keamanan data nasabah. Usahakan transaksi melalui ATM yang terletak pada kantor cabang bank BRI dan satpam yang sedang bertugas pada jam opersional bank. Ini semua demi menghindari peluang kejahatan yang ada. 

Saat ngomongin transaksi perbankan di mesin ATM seperti ini, rupanya tidak terlepas dari bayang-bayang tindak kejahatan scamming (skimming). Pencurian yang dilakukan pelaku dengan memasang kamera dan alat di mulut lubang kartu mesin ATM/ED, namanya skimmer. Alat ini bisa merekam dan menduplikasi data dari magnetic stripe yang ada di kartu Kredit nasabah. 


Apapaun masalah anda mengenai layanan perbankan, konsultasikan dengan pegawai bank di kantor cabang terdekat. Apabila anda ingin sesegera mungkin menyelesaikan masalah perbankan namun bukan jam operasional bank, maka anda bisa menghubungi kontak resmi yang tersedia berikut ini. Bank BRI memiliki beberapa kontak resmi yang sudah terverifikasi. Ingat, banyak sekali pihak penipu yang mengatasnamakan BRI jadi sebagai #NasabahBijak harus mengetahui mana kontak asli dan palsu.

Beberapa data yang wajib dirahasikan dan menjadi target begal rekening diantaranya: Nomor KTP, Nomor KK, biodata KTP, Username, Password, MPIN, PIN, Email, Nomor CVV/CVC, Kode OTP, Nomor kartu ATM, Nama ibu kandung dan informasi lainnya yang bersifat pribadi. Ingat, benteng pertahanan kerahasian data ini haru kuat dimiliki. Pelaku begal rekening sangat lihai melakukan manipulasi psikologis dengan teknik persuasif skill tingkat dewa untuk mendapatkan informasi/akses secara halus tanpa korban sadari. Selain data yang berkaitan dengan kepemilikan rekening, data berikut ini juga tidak kalah penting untuk dijaga kerahasiannya.


Social Engineering punya banyak sekali akses dan media penyaluran antara penipu dan korban. Bisa melalui email, telepon, SMS, atau media sosial lainnya. Untuk itu harap waspada jika sudah memasuki ranah meminta data pribadi. Semudah skema pencurian data (Social Engineering) melalui tautan atau link dapat  Nasabah Bijak   pahami sebagai berikut. 1. Oknum penipu berusaha mengintai targetnya 2.Oknum akan menghubungi targetnya dengan usaha menyampaikan data pribadi yang sifatnya rahasia 3.Oknum mengirimkan tautan/link melalui email atau sosial media. Link ini dapat secara otomatis mencuri data pribadi target yang tersimpan dalam gadget. 4. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi para peretas untuk mengakses akun perbankan target dengan berbekal data pribadi dan informasi target.

Lagi-lagi penjahat itu cerdik, memanfaatkan kesempatan dan keadaan dari para calon korban. Oleh karena itu selalu awas dan jangan mudah percaya sekalipun misalnya menelepon anda dan memiliki data anda secara lengkap. Karena tidak dipungkiri banyak sekali data pribadi yang bocor dan disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk aksi kejahatannya.


Kitapun kadang dibuat bingung juga, mereka mendapat data pribadi kita darimana asalnya. Padahal sejauh ini merasa sudah baik dalam menyimpan rahasia data pribadi. Ya begitulah, agar tidak memperparah kasus yang mungkin saja bisa terjadi, hindari mencantumkan atau menunjukkan hal apapun/dokumen pribadi melalui media sosial mulai dari sekarang. Dimana pelaku sosial engineering memiliki teknik hacking dengan efektivitas yang terbilang tinggi dalam bentuk menekankan pada rantai terlemah dalam system yaitu penggunannya (nasabah) itu sendiri, bukan mesin seperti scam. Cara preventif ini bisa diterapkan untuk mencegah Social Engineering bahkan untuk kejahatan siber lainnya mengingat modus-modus kejahatan semakin beragam.


Buatlah kata sandi yang rumit namun kalian mudah mengingatnya. Kata sandi (password) yang digunakan bisa terdiri dari gabungan angka, huruf kecil, huruf kapital, dan huruf khusus. Semakin kombinasi, semakin kuat. Jangan mudah ditebak seperti tanggal lahir. Selain merahasiakan kata sandi, pengguna juga disarankan mengubah kata sandi akun secara rutin. Paling tidak sekali dalam enam bulan. 

 Nasabah Bijak  Jangan lupa mengaktifkan fitur two-factor Authentication, mempersulit dan mencegah peretas untuk mengakses informasi data pribadi. Lagi-lagi jika management jejak digital anda masih kurang baik, tidak ada kata terlambat untuk menjadikannya lebih baik, menghapus jejak digital buruk sebisa mungkin dan kemudian meninggalkan jejak digital positif mulai dari sekarang hingga kedepannya.


Hanya karena sedikit lengah pada situasi tertentu penipu berhasil membujuk target untuk mengambil tindakan. Benar-benar dibutuhkan benteng yang kuat dengan semua modus-modus yang berkembang sebagi umpan dihadirkan pelaku kejahatan siber. Jadikanlah pedoman bahwa kapanpun anda online dengan akun yang anda miliki jangan lupa menerapkan konsep STICK. STICK=STOP (Berhenti), THINK (Berfikirlah), CHECK (Teliti) sebagai benteng diri ketika ingin melakukan tindakan.

Kemudahan akses yang ditawarkan oleh internet menjadi nilai tambah untuk meningkatkan skill dan akses informasi secara cepat. Bahkan, saat ini (2022) pengguna internet di Indonesia sebanyak lebih dari 210 juta jiwa. Bayangkan jika jika pengguna sebanyak itu masih banyak didalamnya yang gagap teknologi? Serem juga yaa…


Perlunya pengetahuan akan hal ini kaitannya dengan maraknya kejahatan siber termasuk Social Engineering didalamnya yang dialami oleh tidak sedikit nasabah bank. Siapa saja bisa menjadi korban, tidak pandang bulu. Bahkan semakin lihai penipu memberi umpan, dalam kondisi lengah seseorang yang sebenarnya cukup mengetahui kejahatan siberpun bisa menjadi korban. 


 Nasabah Bijak  tentu harus mengetahui langkah apa yang harus ditempuh jika mengalami kejahatan siber. Secepat mungkin harus bisa mengatasi agar tidak memperparah keadaan. Selain itu juga bagian dari #NasabahBijak untuk turut serta memberantas kejahatan siber agar tidak menyeret banyak korban. Jika hal tersebut berhubungan dengan perbankan, segeralah menghubungi kontak bantuan resmi untuk mendapatkan penanganan. Lalu sebagai langkah lanjutan, korban juga bisa membuat laporan kejahatan siber melalui website patrolisiber.id. Patrolisiber.id adalah website yang dirancang untuk memudahkan masyarakat untuk melaporkan kejahatan siber yang dipadukan dengan laporan polisi dari masyarakat.


Yuk proaktif agar pelaku kejahatan siber jera. Keberanian untuk melaporkan tindak kejahatan siber tidak hanya menyelematkan diri sendiri namun juga sebagai langkah turut membantu sesama pengguna media digital terhindar dari kejahatan siber. Pelecehan, penipuan, pembajakan, pencurian, pornografi, pemalsuan, pemfitnahan, dan perjudian merupakan kejahatan siber yang sering ditemui sekarang ini bukan? Jika menemukan demikian, segera blokir & laporkan!


Laman patrolisiber.id ini juga dibuat untuk mengumpulkan informasi pelaku kejahatan siber, seperti nama, nomor telepon, nomor rekening, alamat e-mail, akun media sosial, dan lain sebagainya. Jadi Informasi ini juga bisa diakses pengunjung laman patrolisiber.id melalui fitur Cari ketika akan bertransaksi atau berkomunikasi dengan orang yang mencurigakan.

Begitu juga Indonesia untuk tingkat kejahatan siber, melalui website patrolisiber.id. Saya dapatkan data jumlah laporan polisi yang dibuat masyarakat atas kejahatan siber yang terjadi mulai tahun 2017 sampai saat ini (23 September 2022) sebanyak akumulasi 39.739 kasus. Dimana tiga kasus teratas yaitu: Perjudian (14469 kasus), pengancaman (8570 kasus) dan penghinaan/pencemaran 6544.

Tentu dong, belum semua disebutkan karena masih banyak sekali bentuk-bentuk cyber crime (kejahatan siber/kejahatan dunia maya) yang tidak semuanya di laporkan pada website patrolisiber.id. Atau jangan-jangan malah masih banyak masyarakat Indonesia yang baru mengetahui adanya portal pelaporan tindak kejahatan siber ini? 

Semangat Literasi, semangat menjadi #NasabahBijak. Selalu tingkatkan pengetahuan dan keampuan seputar keamanan data. Serangan siber apapun segala bentuk kejahatan harus dihindari dan dituntaskan, jangan diberi ruang. Dari kisah ini harus belajar, setidaknya munculkan pemikiran “kenapa semua ini bisa terjadi?”. Ya, sebagai pengamat dan penikmatperkembangan dunia digital akan sepakat bahwa literasi digital saat ini benar-benar dibutuhkan.
"Tips menghindari begal rekening: Jaga data pribadi, selalu verifikasi dan validasi informasi, dan jangan mudah percaya imbalan. - Monica Margareth, M.Krim (Kriminolog)".
Belajar dari pengalaman mbak E yang sempat saya ceritakan diawal tulisan ini sekaligus saya sebagai generasi muda untuk semangat menabar hal positif yang bermanfaat untuk banyak orang. Yuk berlomba lomba untuk mengembahkan diri dengan literasi digital dan finansial agar terhindar dari segala bentuk Social Engineering maupun ciber crime lainnya. Literasi digital dan financial hanya merupakan 2 dari 6 kecakapan dasar yang wajib dimiliki.


Gerakan Nasabah Bijak ini bisa dimulai dari diri sendiri. Memperkaya diri sendiri dalam hal literasi digital dan keuangan kemudian bisa membagikannya ke orang terdekat dan lingkungan sekitar. Sama halnya ketika saya menulis artikel ini, itulah besar harapan dibaliknya. Besar harapan melalui Gerakan ini masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing, sekaligus bisa terhindar dari kejahatan siber di sektor keuangan.


Pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia) melalui literasi digital merupakan salah satu usaha penting mengurangi terjadinya kejahatan siber. Penerapan literasi digital sekaligus dapat membuat masyarakat jauh lebih bijak dalam menggunakan dan mengakses teknologi. Sehingga dapat menjcapi tujuan utama yaitu masyarakat lebih cakap dan memiliki pengetahuan luas dalam memanfaatkan media sosial, alat komunikasi, jaringan internet dan digital lain sebagainya. 

Literasi digital dapat dipahami sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi. Namun tidak semudah itu untuk menjawab apakah literasi digital yang ada dalam diri ini cukup atau belum. Untuk menjawabnya, ada parameter 4 pilar dalam literasi digital. Empat pilar dalam literasi digital yaitu, Digital Skills (Cakap Bermedia Digital), Digital Culture (Budaya Bermedia Digital), Digital Ethics (Etis Bermedia Digital), Digital Safety (Aman Bermedia Digital), Kemampuan untuk meningkatkan kesadaran perlindungan, dan keamanan data pribadi.


Peranannya sangat penting. Literasi digital merupakan salah satu isu prioritas dalam pertemuan DEWG (Digital Economy Working Group) G20. Tiga isu prioritas yang dimaksud, yaitu konektivitas digital dan pemulihan pasca pandemi Covid-19, literasi digital dan keterampilan digital, serta arus data lintas batas negara. Sejumlah program digagas untuk mengatasi isu-isu tersebut. Melalui empat pilar literasi digital ini harapannya dapat mendukung transformasi dan mewujudkan masyarakat yang cakap digital.


Pastinya penjahat siber akan selalu upgrade dan mengembangkan teknik Social Engineering modus baru. Agar calon korban semakin sulit mendeteksi ataupun sadar bahwa sesungguhnya mereka sedang masuk dalam perangkap kejahatan Social Engineering. Oleh karena itu perkaya diri dengan literasi digital sangatlah perlu disamping literasi tentang finansial yang berhubungan dengan produk dan layanan perbankan itu sendiri. Semakin banyak anda belajar dan update informasi mengenai kasus-kasus Social Engineering yang baru-baru terjadi, semakin peka pula anda sebagai  Nasabah Bijak  yang bisa mendeteksi dan selalu awas akan peluang dan sedikitnya celah kejahatan siber.


#Jadilah Nasabah Bijak: Nasabah Awas Hadapi Kejahatan Siber Melonjak! Generasi melek digital yang aktif menggunakan internet dan sosial media harus memilik etiket yang dibiasakan dalam membaca/menerima dan meneruskan sebuah informasi. Bagaimana menjadi pejuang anti-hoax sekaligus menebar semangat literasi digital.

 Nasabah Bijak  tentu harus cakap memfilter fakta dan hoax. Mudahnya lakukan verifikasi saat menerima informasi agar mengetahui kebenaranya. Media/situs yang memuat berita/informasi kredibel kah? Cara mengeceknya bisa menggunakan Google fact check tools atau who is domain (berapa lama domain dibuat). Cukup mudah dikenali sebenarnya, karena Social Engineering dengan modus tertentu sangat sering dialami oleh banyak orang. Penipu biasanya dapat dikenal dengan penggunaan kontak yang tidak professional. Misalnya: link website gratisan, akun media sosial tidak verified (centang biru), akun sosial media yang terkesan baru dibuat dan konten sangat tidak professional, dan juga copywriting dan tata cara percakapan tidak menunjukkan profesionalitas seperti ciri pegawai perusahaan perbankan.


Kedua mempertimbangkan sebelum menyebarkan. Apakah sekiranya informasi tersebut penting dan bermanfaat untuk orang lain. Jika tidak, jadikan sebagai informasi untuk diketahui diri sendiri saja. Inilah wujud nyata sebagai urun memberikat literasi digital kepada orang terdekat atau lingkungan sekitar. Saya beberapa waktu lalu menemukan kutipan dari sebuah akun @ndrokakung yang saya sukai bahwasannya…
“Instagram/Sosial media.. bukan tentang pengikut, tapi tentang mengenali masalah, tentang bagaimana memberi solusi, tentang nilai-nilai, tentang koneksi, tentang inovasi, tentang konten menghibur dan edukatif untuk membuat dunia lebih baik”
Masyarakat Indonesia begitu loyal dalam mengakses internet. Sejak pandemi, semua menjadi terbiasa dengan internet. Dari yang tidak bisa menggunakan gadget kini berubah menjadi pandai dalam mengoperasikan gadget. Namun disitulah bahaya muncul jika tidak dibarengi dengan literasi digital. Literasi digital tidak hanya sebatas cakap dalam mengoperasikan gawai namun juga aman ketika bermedia digital. Kebutuhan literasi digital yang sepaket dengan literasi finansial (keuangan) dalam mewujudkan #NasabahBijak pengguna layanan perbankan.

Apakah anda penduduk DI Yogyakarta, Kepulauan Riau, atau Kalimantan Timur? Selamat dan semangat selalu ya sebagai percontoh untuk daerah lainnya ya. Berdasarkan Survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ketiga wilayah ini merupakah daerah dengan tingkat literasi digital tertinggi di Indonesia. Dalam rilis Indeks Literasi Digital Indonesia 2021. Pengukuran indeks ini menggunakan 4 pilar literasi digital yaitu Digital Skills (Cakap Bermedia Digital), Digital Culture (Budaya Bermedia Digital), Digital Ethics (Etis Bermedia Digital), Digital Safety (Aman Bermedia Digital). 

Sedangkan jika dilihat secara keseluruhan nasional indeks literasi digital masyarakat Indonesia pada 2021 masuk kategori/level sedang, yakni 3,49 dari 5 dengan menempatkan DI Yogyakarta dengan skor 3.71 diurutan pertama. Dan Indeks literasi ini merupakan hasil survei 4 Oktober-24 Oktober 2021 dan melibatkan 10 ribu responden berusia 13 hingga 70 tahun. Once again, Congrulation DI Yogyakarta!
Hal yang perlu digarisbawahi dari hasil riset ini adalah Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada di level sedang dengan skor 3,49. Indeks itu menunjukkan interaksi secara digital mendekati baik, tetapi kesadaran perlindungan data dan perangkat digital masih rendah.
Yuk menjadi  Nasabah Bijak  . Hal ini agar saling mendukung dengan Gerakan #NasabahBijak yang dihadirkan oleh BRI. Gerakan #NasabahBijak merupakan suatu wadah komunitas yang lahir dikarenakan makin marak-nya penipuan dengan modus Soceng (Social Engineering). Saya sebagai bagian dari nasabah BRI sangat mendukung gerakan ini.

Akhir-akhir ini cukup banyak masyarakat nasabah pada umumnya mengalami kerugian akibat Social Engineering akibat kelalaian dan terbatasnya literasi digital dan keuangan. Tentu nasabah perlu mendapat literasi yang lebih baik, baik dari pengetahuan, modus-modus penipuan hingga tips untuk menghindarinya.

Sukses jalankan Transformasi Digital, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus mengoptimalkan layanan digital melalui penyuluh digital. Para  Penyuluh Digital  diterjunkan secara langsung untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat dalam mengakses layanan digital. Sebagai inisiatif digital dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang mampu dimanfaatkan masyarakat di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB). Namun sebelum ini, saya sebagai nasabah BRI merasakan manfaat yang begitu besar dari layanan digital yang disediakan. Misalnya saja dengan aplikasi BRImo, saya bisa melakukan transaksi apa saja secara praktis.


BRImo merupakan sebuah terobosan inovasi dalam bentuk aplikasi yang memiliki fungsi mobile banking dan internet banking dan dikemas dalam satu aplikasi. Hanya dari genganggaman, aplikasi BRImo bisa saya manfaatkan untuk keperluan transfer, berbagai pembayaran, top-up uang elektronik (BRIZZI), cek mutasi rekening dan banyak lagi layanan perbankan lainnya. Kapanpun dan dimana saja. Begitu ringkas dan serba "sat-set", melalui aplikasi ini juga nasabah tidak perlu datang ke kantor bank apabila ingin membuka rekening baru. Inilah alasan yang menurut saya mengapa semua nasabah harus segera memanfaatkan inovasi dalam dalam bentuk aplikasi BRImo ini. Yuk segera install aplikasi BRImo dan ajak sebanyak-banyaknya orang terdekat untuk merasakan kemudahannya.

Aplikasi BRImo adalah salah satunya saja, kelengkapan ada aplikasi pengajuan fasilitas dan layanan kredit BRISPOT, laku pandai Agen BRILink, hingga aplikasi bernama BRIAPI yang memungkinkan terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga. Nah, Optimalisasi layanan digital  BRI  diwujudkannya dengan terus mendorong pertumbuhan laku pandai AgenBRILink (target membentuk Agen BRILink mencapai 600.000 agen hingga akhir tahun 2022).


Oh iya, sebagai  Penyuluh Digital  BRI, mereka memiliki tiga tugas dalam pendampingan kepada masyarakat. Pertama, mengajak atau mengajari masyarakat yang belum melek layanan perbankan digital. Kedua, mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital dan yang ketiga adalah aktif melakukan sosialisasi dan mengajari masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan-kejahatan digital. Selain yang utama penjagaan data pribadi sebagai nasabah, keamanan dari kejahatan digital turut disokong oleh penyuluh digital  BRI . Langkah jemput bola, karena BRI sebagai bank yang memiliki basis nasabah luas yang tersebar hingga pelosok negeri dalam melakukan berbagai upaya guna meminimalisir risiko terjadinya kejahatan siber di era digitalisasi ini.

Penyuluh digital BRI melakukan edukasi terhadap nasabah dalam menghadapi tantangan di era digital.

Pemanfaatan layanan digital BRI wajib diimbangi dengan kesiapan masyarakat sebagai nasabah yang lebih melek digital. Tidak hanya agar mengetahui apa saja produk dan layanan yang dimiliki  BRI  namun juga kaitannya dalam keamanan bertransaksi. Dibalik rasa was-was karena kejahatan sektor perbankan kian melonjak, perlu diketahui bahwa BRI tidak henti-hentinya turut berupaya aktif memberantas dan menutup segala celah kejahatan perbankan yang ada. Soal perlindungan terhadap Data Nasabah. 

Dari kasus-kasus kejahatan atau indikasi kejahatan perbankan ditemukan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pun memastikan memastikan pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemblokiran nomor ponsel, para pelaku yang melakukan penyebaran pesan-pesan informasi/hoax yang mengatasnamakan BRI. Lebih lanjut dengan melakukan tindakan bersama aparat penegak hukum agar pelaku kejahatan bisa segera ditindak.

Semua aksi yang dilakukan oleh  BRI  ini adalah wujud upaya guna menjamin keamanan data nasabah, baik dari segi people, process, maupun technology. Mempertahankan tata kelola yang baik soal perlindungan dan tata kelola data dengan mengacu kepada standart internasional. Disisi lain, pihaknya juga terus melakukan serangkaian tahapan pengecekan keamanan dari setiap teknologi yang akan digunakan. Menutup segala peluang dan harapannya dapat meminimalisir celah keamanan yang mungkin terjadi.


Disamping itu,  BRI  terus memberikan edukasi kepada para karyawan serta nasabah terkait pengamanan data serta cara bertransaksi yang mudah dan aman. Adapun saluran edukasi tersebut diberikan melalui beberapa channel, melalui media sosial (Instagram, YouTube, Twitte) dan media cetak. Serta edukasi dilakukan secara langsung kepada nasabah saat nasabah datang ke unit kerja BRI. Inilah langkah aktif literasi langsung yang terus dilakukan oleh BRI.

Sejalan dengan penyuluh digital BRI, kita juga bisa menjadi  Penyuluh Digital . Bisa dimulai dari diri sendiri. Diri sendiri yang dikondisikan melek literasi terlebih dahulu dan selalu update soal isu-isu dan modus kejahatan digital yang berkembang saat ini. Berbekal literasi diri inilah bisa menjadi senjata dalam menjalankan peran sebagai garda terdepan dalam memerangi kejahatan siber, melindungi orang-orang sekitar. 



Saya sebagai nasabah BRI sekaligus blogger sangat senang untuk menjadi bagian dari Penyuluh digital. Dengan kemampuan saya menulis harapannya bisa urun memberikan edukasi kepada para pembaca mengenai literasi dan pengalaman. - www.sugatangguh.com

Saya tidak jago namun saya tipe pembelajar dari pengalaman. Istilah dalam bahasa jawa disebutnya getok tular. Saya bisa belajar dari orang yang lebih berpengalaman dan kaya ilmu dan nantinya bisa saya tularkan ke banyak orang agar semakin banyak yang memperoleh wawasan. Tentunya dengan platform berbagi yang saya miliki, blog ini yang tidak hanya menjangkau orang-orang sekitar tapi lebih luas lagi jangkauan yang bisa saya tebarkan. Inilah pemanfaatan kemajuan teknologi digital bukan? Semua  Nasabah Bijak  bisa menjadi penyuluh digital, apapun profesi dan latarbelakang anda mulailah dari sekitar. 

"Menjadi Nasabah Bijak, Lindungi Diri Dari Kejahatan Siber"

Ingat! BRI terus mengimbau agar nasabah lebih berhati-hati dan tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi serta perbankan, seperti nomor rekening, nomor kartu, JPN, user dan password internet banking, OTP, dan lainnya kepada orang lain. Termasuk yang mengatasnamakan BRI.

Baca juga cerita pengalaman saya di tahun 2018, ketika ganti kartu ATM Baru karena hilang saat kos di kota Jember.



Related Posts

Related Posts

1 komentar