RGu3u8BLriTwtLKTeinGPrfojNsvmeTyU6ah0e1k

Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan, Serumit Apa?

Hutan, kapan terakhir pergi ke hutan? Pergi ke hutan untuk sekadar jalan-jalan, refreshing otak, belajar apapun dari alam dengan mengunjungi hutan, bahkan bisa jadi pergi ke hutan ini adalah suatu bentuk pelarian akan situasi perkotaan yang mengkhawatirkan. Pelarian karena kita sebagai manusia mulai sadar akan krisis udara segar dan masalah polusi di perkotaan. Kemudian menyadari bahwa hutan adalah ekosistem komplek yang menyimpan udara segar dengan berlimpah oksigen dibalik hehijauan pohon dan tanaman. 


Memang menyeramkan. Hutan memiliki kendali diberbagai banyak aspek yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Untuk itu kerusakan hutan adalah suatu hal yang (harusnya) sungguh menakutkan untuk banyak orang. Sayangnya, pemahaman seperti ini belum disadari oleh semua orang. Buktinya? Kesadaran akan kelestarian hutan ini tidak dibarengi dengan seluruh orang dimuka bumi ini untuk bersatu dan berjuang bersama untuk menjaga keseimbangan hutan. Dimana-mana masih banyak kasus yang mengancam kelestarian hutan. Lengkap juga dengan dampak yang luar biasa mengerikan. Hati siapa yang tak teriris? 

Salah satu kasus contoh: Pada tahun 2019 terjadi kasus kebakaran hutan dan lahan gambut terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Kejadian ini menimbulkan dampak polusi udara yang hebat. Setidaknya ada 10 juta anak yang terancam dampak polusi udara pada peristiwa ini. (unicef.org). 

UNICEF memaparkan fakta bahwa anak-anak (usia muda) rentan terhadapa polusi udara. Usia anak-anak bernafas lebih cepat daripada orang dewasa, sementara kekuatan fisik dan daya tubuh belum sempurna seperti halnya orang dewasa. Lalu bagaimana jika hal ini berlangsung dalam durasi yang lama dan berkepanjangan? 

anak indonesia terpapar kabut asap. ©AFP/Tri Iswanto]/ www.merdeka.com

Tidak hanya itu, tidak kalah mengerikan bahwa adanya fakta dari sebuah riset polusi udara tersebut sangat berdampak khusunya terhdapa bayi dalam kandungan. Gangguan pertumbuhan janin didalam Rahim, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi terlahir secara premature adalah bagian dari resiko akibat paparan polusi udara seorang ibu hamil. 

Dan masih banyak rentetan akibat buruk lain yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan gambut pada peristiwa ini. Tidak hanya anak-anak. Tidak hanya kerugian dalam kaitan Kesehatan saja. Kerugian fisik dan kognitif adalah resiko nyata yang tidak dapat terhindari. Demikian juga semua aktivitas akan berjalan terhambat. Banyak sekolah yang berada di daerah-daerah dengan dampak berat akibat kebakaran terpaksa ditutup alias kegiatan belajar mengajar dinon-aktifkan. 

Masih menyorot pada kasus yang sama, menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kualitas udara yang buruk itu berdampak terhadap lebih dari 46000 sekolah atau lebih dari 7,8 juta murid. 

Tidak kurang-kurangnya contoh, sangat banyak kasusnya. Dampak yang mengerikan dari kerusakan atau ke-tidak-seimbangan hutan di negara kita, karena peristiwa ini memang terjadi cukup berulang-ulang. Mirisnya, kita yang sudah berusaha bersinergi dan usaha keras untuk melestarika utan dari peristiwa yang menjadi ancaman bagi hutan tidaklah mudah. Banyak oknum-oknum diluar sana yang dengan kejamnya egois mengambil keuntungan dari hutan tanpa berfikir panjang. Bahwa hutan yang tidak terjaga keseimbangannya akan mengancam dan memperburuk keadaan dimasa mendatang, termasuk bagaimana nasib anak-cucu mereka dan kita semua. Ayo lestarikan hutan! 

Bagaimana saya bisa berkontribusi? Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan salah satu cara yang bisa kita lakukan. Adopsi hutan merupaka gerakan gotong royong untuk menjaga kelestarian hutan yang masih ada. Meliputi pohon tegaknya, hewannya, floranya, serta keanekaragaman hayati lainnya berada didalamnya. Melalui adopsi hutan, siapapun dan dimanapun bisa terhubung langsung dengan ekosistem hutan beserta para penjaganya. Ya, ekosistem hutan seperti ini harus terjalin dengan baik karena ini adalah kepentingan bersama untuk kehidupan. 


Seperti makna yang terkandung, adopsi hutan ini memiliki tujuan untuk bergotong royong melestarikan hutan. Melalui Hari Hutan Indonesia 7 Agustus menjadi momen refleksi sekaligus ungkapan syukur kita, para pengguna hutan, atas segala yang diberikan hutan bagi kehidupan: air, udara, sumber pangan, flora, fauna, penyerapan karbon, juga budaya. Untuk bersama-sama mencapai tujuan bersama melawan aktivitas yang dapat mengancam kelestarian hutan. 

Ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan yang ada diperingatan hari hutan. Lebih dari 100 organisasi dan komunitas berkolaborasi bersama untuk peringatan hari hutan ini. Kali ini, mengangkat tema “Hutan Kita juara” untuk mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa juara dengan salah satu cirinya mempunyai hutan terluas ketiga di dunia. Begitu melimpah dan menjadi tugas besar untuk kita semua menjaga kelestariannya. 

Inilah kesempatan untuk kita semua. Mari bantu masyarakat penjaga hutan Indonesia dengan adopsi hutan. Melalui kitabisa.com bersam-sama mengumpulkan dana yang akan digunakan lembaga masyarakat setempat untuk patroli hutan desa/adat, modal wirausaha produksi hasil hutan non-kayu, dan klinik kesehatan warga. Beginilah sesungguhnya bentuk dari mengadopsi hutan. 

Dana yang berhasil dikumpulkan nantinya akan diserahkan kepada komunitas yang melakukan penjagaan hutan secara langsung di 10 lokasi hutan tersebar, mulai dari wilayah Sumatera hingga Nusa Tenggara. Merekalah salah satu garda terdepan yang menjalankan aktivitas memastikan kelestarian hutan (patroli), pengembangan masyarakat sekitar hutan dan termasuk didalamnya yaitu mendukung pendidika dan kesehatan masyarakat sekitar hutan. Berikut para pengelola adopsi hutan yang akan dibantu saat ini: 
  • Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HAkA di Aceh. 
  • Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI di Sumatera Barat, Jambi, dan Bengkulu. 
  • Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) di Kalimantan Barat. 
  • PROFAUNA Indonesia di Kalimantan Timur dan Jawa Timur. 

Foto: Junaidi Hanafiah/FKL

Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan, Serumit Apa? Sangat Mudah. Meskipun kita tidak bisa secara langsung memantau dan memastikan kelestarian hutan, melalui program adopsi hutan ini adalah salah satu pilihan caranya. Ingat, Indonesia adalah bangsa juara, salah satunya karena hutannya, yang terluas ketiga di dunia. Itu artinya keberadaan hutan sangat vital untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Ikut melestarikan hutan adalah wujud dari investasi keberlangsungakn hidup anak cucu kita dimasa depan. Mari jaga kelestarian hutan!

Related Posts

1 komentar

  1. Sedih banget ya tiap tahun daerah seperti Sumatera dan Kalimantan terdampak kebakaran hutan..kebayang sesak napasnya..:(

    BalasHapus